Assalamualaikum wr. wb.
Ilmiah? Hiii takuuut! Huss, sembarangan. Jangan dulu gugup dan ‘sutris’ ya? Yup, kalo kamu sering merhatiin tulisan-tulisan di buku Kimia, Fisika, Biologi, Biokima, Teknik, dan sejenisnya yang bertabur data berupa angka-angka dan istilah yang bikin kening kita berkerut, itulah namanya tulisan bergaya ilmiah. Yang ngerti, tentu mereka yang udah biasa bergelut di bidangnya. Mahasiswa fakultas kedokteran, tentu lebih banyak melahap bacaan yang berkaitan dengan istilah kedokteran, yang tentu saja sangat tidak diminati oleh mahasiswa yang doyan dengan ilmu-ilmu sosial. Nah, masalah isi yang membedakan jenis tulisan tersebut.
Berarti letak perbedaannya adalah dalam isi tulisan tersebut dong? Nggak salah. Itu salah satunya. Sebab, tulisan berjenis ilmiah lebih menekankan kepada pembahasan yang kaku dan cuma bisa dimengerti oleh kalangan tertentu saja. Kemudian soal gaya bahasa juga menjadi perhatian berikutnya. Coba, kamu pernah baca text book kan? Idih, selain bertabur data, gaya bahasa yang dipakai juga resmi banget. Lengkap dengan istilah yang sulit dimengerti dengan cepat oleh mereka yang belum akrab dengan bidang keilmuan tersebut.
Sobat muda, sebetulnya keterampilan menulis jenis ini sama teknik dasarnya dengan menulis lainnya. Perbedaan yang paling mendasar adalah data dan gaya bahasa yang digunakan. Benar. Kamu pernah belajar biologi di sekolah kan? Nah, waktu itu pernah juga diajarin tentang proses kegiatan ilmiah kan? Oke, itu artinya untuk membuat tulisan bergaya ilmiah ini kamu kudu ngikutin beberapa langkah pengumpulan dan penyusunan bahan tulisan. Di antaranya adalah: studi kepustakaan, perumusahn ide/permasalahan (bagian dari pengantar), perumusan hipotesis, dan perumusan hasil yang diharapkan dan analisis statistik.
Jangan bingung dulu sobat baca penjelasan tentang karya tulis ilmiah ini. Itu emang standar, alias aturan baku untuk nulis begituan. Emang sih, kita yang nggak nyetel banget dengan dunia seperti itu bakalan kewalahan.But, nggak ada salahnya dong kalo kamu mulai berkenalan sebagai tambahan wawasan. Tul nggak? Boleh jadi teori ini nyetel banget dengan teman-teman yang memang kudu menulis ilmiah. Jadi, buat teman-teman yang kuliah di S1, S2, dan S3, biasanya akan mengalami menulis model begini. Karena memang itu bagian dari tugas akademik mahasiswa yang menjalankan program-program pendidikan.
Oke, untuk studi kepustakaan, sebetulnya hampir sama dengan proses pengumpulan bahan tulisan untuk menulis jenis apapun. Cuma, untuk menulis ilmiah data yang diambilnya adalah data yang bertebaran dengan angka dan tabel-tabel. Nah, seperti biasa dalam standar penulisan, kamu kudu menentukan dulu topik apa yang bakal dijadiin sebagai bahan kajian. Misalnya kamu akan meneliti tentang pengaruh unsur-unsur radioaktif terhadap tubuh manusia. Nah, kalo kamu dateng ke perpustakaan modern yang berbasis komputer, kemudian kamu masukan kata kunci “radioaktif”, maka insya Allah bakalan dimunculkan ratusan atau mungkin ribuan data yang berkaitan dengan hal itu. Baik yang berasal dari tesis sebelumnya, buku-buku pendukung, juga termasuk jurnal ilmiah. Sekadar bocoran, nggak ada salahnya kalo kamu kunjungi ‘perpustakaan’ dunia, yakni internet. Kamu bisa masuk ke situs www.google.com (karena situs pencari ini sampe sekarang masih terfavorit). Maklum, belum ada search engine secanggih ini. Wah, silakan nikmati pengalaman baru dalam menjelajah ‘perpustakaan’ dunia ini. Pokoknya amazing deh. Di situ kamu cukup ketikkan kata kunci, google akan melacak seluruh situs yang memuat kata itu. Selamat bersenang-senang. J
Kalo udah bahan tulisannya kita dapatkan, mulailah merangkum inti tulisan atau bahasa kerennya, anotated bibliography dari tiap kepustakaan. Iya dong, kan nggak semua harus kita tulis plek dengan sumber tersebut. Sekadar bocoran, untuk mengerjakan ini ada baiknya kamu berkenalan dengan komputer, silakan gunakan software (piranti lunak) yang berhubungan dengan masalah ini, mudahnya kita sebut program ‘kertas indeks’. Nah, masukan deh semua ‘entry’ yang diinginkan.
Kamu perlu memperhatikan dalam pembuatan anotasi kepustakaan yakni data-datanya kudu lengkap ditulis. Untuk buku, kamu tulis mulai dari nama pengarang, tahun terbit, judul tulisan/buku, nama penerbit, kota penerbit, edisi berapa. Bila ada kutipan, diambil dari halaman berapa. Untuk jurnal ilmiah bisa kamu masukkan data sebagai berikut; nama pengarang, tahun terbit, judul karangan, nama jurnal, nomor, volume, dan nomor halaman harus disebutkan secara lengkap dan benar.
Jangan salah bro (baca: brother-sobat), ketidaklengkapan anotasi kepustakaan bakalan bikin pusing kita di kemudian hari. Gimana nggak, seringkali mengakibatkan waktu terbuang sia-sia untuk mencari kembali kepustakaan asli saat kita memerlukan data halaman yang dikutip. Nah lho, berabe kan? Padahal, misalnya, buku itu kamu dapetin di perpus yang jaraknya ratusan kilometer dari tempat tinggalmu, dan memuat ribuan buku. Kebayang kan, pas udah nyampe di perpus tersebut, kita nggak ngerti apa-apa karena datanya kurang lengkap. Gedubrak, langsung ngejoprak deh. Mungkin, kalo kamu nyarinya di internet, bisa langsung pergi ke warnet dan melacak ulang. Tapi tetep berabe kalo nggak lengkap (misalnya situs yang menampilkan data kamu lupa kamu catat. Itu sama artinya mencari jerami dalam tumpukan jarum, eh, kebalik ya?)
Oke deh, mungkin di antara kamu ada yang protes. Gimana bisa lengkap memasukkan data ke kertas indeks, padahal tempat tersebut terbatas. Baik. Tapi yang pasti data penting harus memuat: tujuan penelitian, jumlah bahan dan cara penelitian, hasil, penemuan penting, dan pendapat yang kita anggap penting untuk dikutip.
Dalam perumusan ide or permasalahan, biasanya kamu akan dilatih dalam mencermati sebuah fakta dan memberdayakan penalaran kamu untuk menjelaskannya. Sebab, di situ kamu dituntut untuk menggambarkan latar belakang sampe timbulnya masalah. Nah, perumusan permasalahan memuat alasan mengapa penelitian perlu dilakukan, dan biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
Untuk perumusan hipotesis, kamu kudu mencari data-data dari penelitian terdahulu. Dan ini memungkinkan untuk berbeda-beda. Tapi jangan kaget, sangat boleh jadi ini akan melengkapi data untuk tulisanmu. Nah, ada rambu-rambu untuk merumuskan hipotesis. Di antaranya adalah bebas dari arti ganda, mengungkapkan antara dua variabel atau lebih, dan berimplikasi tes empirik. Nah, bingung kan? He..he..he.. jangan tegang dong. Sederhananya begini deh, tidak boleh berarti ganda artinya kamu tidak menemukan data yang bertolak-belakang. Jadi kudu sama. Searti. Maksud mengungkapkan dua variabel atau lebih itu adalah data-data pendukung yang menjelaskan tentang fakta yang kamu teliti. Misalnya kalo kamu menulis tentang pengaruh unsur-unsur radioaktif dalam tubuh manusia, kamu bisa mencari data-data yang menjelaskan tentang pengaruh tersebut. Dan itu bisa banyak bukan? Nah, cari deh soal itu. Mengenai perumusan hiptesis yang berimplikasi tes empirik itu artinya kamu kudu melihat hasil perbandingan dari semua ujicoba yang pernah dilakukan sebelumnya. Paham kan?
Tentang perumusan hasil, enaknya kamu buat dalam usulan/proposal penelitian. Ada gunanya lho, yakni untuk mempersiapkan, memperbaiki, menambah dan mengurangi variabel yang akan dikumpulkan selama penelitian. Nah, nyang paling oke, perumusan hasil itu kamu buat dalam bentuk tabel. Kata pepatah, sebuah tabel lebih berharga daripada seribu kata-kata. Tentunya tabelnya juga kudu mewakili dong. Kalo nggak? Wah, seperti melihat peta buta.
Yang kudu diperhatikan
Dalam pengantar, paling nggak kamu kudu menuliskan:
Salam,
O. Solihin
http://osolihin.net/gimana-sih-menulis-ilmiah
Wassalamualaikum wr. wb.
Ilmiah? Hiii takuuut! Huss, sembarangan. Jangan dulu gugup dan ‘sutris’ ya? Yup, kalo kamu sering merhatiin tulisan-tulisan di buku Kimia, Fisika, Biologi, Biokima, Teknik, dan sejenisnya yang bertabur data berupa angka-angka dan istilah yang bikin kening kita berkerut, itulah namanya tulisan bergaya ilmiah. Yang ngerti, tentu mereka yang udah biasa bergelut di bidangnya. Mahasiswa fakultas kedokteran, tentu lebih banyak melahap bacaan yang berkaitan dengan istilah kedokteran, yang tentu saja sangat tidak diminati oleh mahasiswa yang doyan dengan ilmu-ilmu sosial. Nah, masalah isi yang membedakan jenis tulisan tersebut.
Berarti letak perbedaannya adalah dalam isi tulisan tersebut dong? Nggak salah. Itu salah satunya. Sebab, tulisan berjenis ilmiah lebih menekankan kepada pembahasan yang kaku dan cuma bisa dimengerti oleh kalangan tertentu saja. Kemudian soal gaya bahasa juga menjadi perhatian berikutnya. Coba, kamu pernah baca text book kan? Idih, selain bertabur data, gaya bahasa yang dipakai juga resmi banget. Lengkap dengan istilah yang sulit dimengerti dengan cepat oleh mereka yang belum akrab dengan bidang keilmuan tersebut.
Sobat muda, sebetulnya keterampilan menulis jenis ini sama teknik dasarnya dengan menulis lainnya. Perbedaan yang paling mendasar adalah data dan gaya bahasa yang digunakan. Benar. Kamu pernah belajar biologi di sekolah kan? Nah, waktu itu pernah juga diajarin tentang proses kegiatan ilmiah kan? Oke, itu artinya untuk membuat tulisan bergaya ilmiah ini kamu kudu ngikutin beberapa langkah pengumpulan dan penyusunan bahan tulisan. Di antaranya adalah: studi kepustakaan, perumusahn ide/permasalahan (bagian dari pengantar), perumusan hipotesis, dan perumusan hasil yang diharapkan dan analisis statistik.
Jangan bingung dulu sobat baca penjelasan tentang karya tulis ilmiah ini. Itu emang standar, alias aturan baku untuk nulis begituan. Emang sih, kita yang nggak nyetel banget dengan dunia seperti itu bakalan kewalahan.But, nggak ada salahnya dong kalo kamu mulai berkenalan sebagai tambahan wawasan. Tul nggak? Boleh jadi teori ini nyetel banget dengan teman-teman yang memang kudu menulis ilmiah. Jadi, buat teman-teman yang kuliah di S1, S2, dan S3, biasanya akan mengalami menulis model begini. Karena memang itu bagian dari tugas akademik mahasiswa yang menjalankan program-program pendidikan.
Oke, untuk studi kepustakaan, sebetulnya hampir sama dengan proses pengumpulan bahan tulisan untuk menulis jenis apapun. Cuma, untuk menulis ilmiah data yang diambilnya adalah data yang bertebaran dengan angka dan tabel-tabel. Nah, seperti biasa dalam standar penulisan, kamu kudu menentukan dulu topik apa yang bakal dijadiin sebagai bahan kajian. Misalnya kamu akan meneliti tentang pengaruh unsur-unsur radioaktif terhadap tubuh manusia. Nah, kalo kamu dateng ke perpustakaan modern yang berbasis komputer, kemudian kamu masukan kata kunci “radioaktif”, maka insya Allah bakalan dimunculkan ratusan atau mungkin ribuan data yang berkaitan dengan hal itu. Baik yang berasal dari tesis sebelumnya, buku-buku pendukung, juga termasuk jurnal ilmiah. Sekadar bocoran, nggak ada salahnya kalo kamu kunjungi ‘perpustakaan’ dunia, yakni internet. Kamu bisa masuk ke situs www.google.com (karena situs pencari ini sampe sekarang masih terfavorit). Maklum, belum ada search engine secanggih ini. Wah, silakan nikmati pengalaman baru dalam menjelajah ‘perpustakaan’ dunia ini. Pokoknya amazing deh. Di situ kamu cukup ketikkan kata kunci, google akan melacak seluruh situs yang memuat kata itu. Selamat bersenang-senang. J
Kalo udah bahan tulisannya kita dapatkan, mulailah merangkum inti tulisan atau bahasa kerennya, anotated bibliography dari tiap kepustakaan. Iya dong, kan nggak semua harus kita tulis plek dengan sumber tersebut. Sekadar bocoran, untuk mengerjakan ini ada baiknya kamu berkenalan dengan komputer, silakan gunakan software (piranti lunak) yang berhubungan dengan masalah ini, mudahnya kita sebut program ‘kertas indeks’. Nah, masukan deh semua ‘entry’ yang diinginkan.
Kamu perlu memperhatikan dalam pembuatan anotasi kepustakaan yakni data-datanya kudu lengkap ditulis. Untuk buku, kamu tulis mulai dari nama pengarang, tahun terbit, judul tulisan/buku, nama penerbit, kota penerbit, edisi berapa. Bila ada kutipan, diambil dari halaman berapa. Untuk jurnal ilmiah bisa kamu masukkan data sebagai berikut; nama pengarang, tahun terbit, judul karangan, nama jurnal, nomor, volume, dan nomor halaman harus disebutkan secara lengkap dan benar.
Jangan salah bro (baca: brother-sobat), ketidaklengkapan anotasi kepustakaan bakalan bikin pusing kita di kemudian hari. Gimana nggak, seringkali mengakibatkan waktu terbuang sia-sia untuk mencari kembali kepustakaan asli saat kita memerlukan data halaman yang dikutip. Nah lho, berabe kan? Padahal, misalnya, buku itu kamu dapetin di perpus yang jaraknya ratusan kilometer dari tempat tinggalmu, dan memuat ribuan buku. Kebayang kan, pas udah nyampe di perpus tersebut, kita nggak ngerti apa-apa karena datanya kurang lengkap. Gedubrak, langsung ngejoprak deh. Mungkin, kalo kamu nyarinya di internet, bisa langsung pergi ke warnet dan melacak ulang. Tapi tetep berabe kalo nggak lengkap (misalnya situs yang menampilkan data kamu lupa kamu catat. Itu sama artinya mencari jerami dalam tumpukan jarum, eh, kebalik ya?)
Oke deh, mungkin di antara kamu ada yang protes. Gimana bisa lengkap memasukkan data ke kertas indeks, padahal tempat tersebut terbatas. Baik. Tapi yang pasti data penting harus memuat: tujuan penelitian, jumlah bahan dan cara penelitian, hasil, penemuan penting, dan pendapat yang kita anggap penting untuk dikutip.
Dalam perumusan ide or permasalahan, biasanya kamu akan dilatih dalam mencermati sebuah fakta dan memberdayakan penalaran kamu untuk menjelaskannya. Sebab, di situ kamu dituntut untuk menggambarkan latar belakang sampe timbulnya masalah. Nah, perumusan permasalahan memuat alasan mengapa penelitian perlu dilakukan, dan biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
Untuk perumusan hipotesis, kamu kudu mencari data-data dari penelitian terdahulu. Dan ini memungkinkan untuk berbeda-beda. Tapi jangan kaget, sangat boleh jadi ini akan melengkapi data untuk tulisanmu. Nah, ada rambu-rambu untuk merumuskan hipotesis. Di antaranya adalah bebas dari arti ganda, mengungkapkan antara dua variabel atau lebih, dan berimplikasi tes empirik. Nah, bingung kan? He..he..he.. jangan tegang dong. Sederhananya begini deh, tidak boleh berarti ganda artinya kamu tidak menemukan data yang bertolak-belakang. Jadi kudu sama. Searti. Maksud mengungkapkan dua variabel atau lebih itu adalah data-data pendukung yang menjelaskan tentang fakta yang kamu teliti. Misalnya kalo kamu menulis tentang pengaruh unsur-unsur radioaktif dalam tubuh manusia, kamu bisa mencari data-data yang menjelaskan tentang pengaruh tersebut. Dan itu bisa banyak bukan? Nah, cari deh soal itu. Mengenai perumusan hiptesis yang berimplikasi tes empirik itu artinya kamu kudu melihat hasil perbandingan dari semua ujicoba yang pernah dilakukan sebelumnya. Paham kan?
Tentang perumusan hasil, enaknya kamu buat dalam usulan/proposal penelitian. Ada gunanya lho, yakni untuk mempersiapkan, memperbaiki, menambah dan mengurangi variabel yang akan dikumpulkan selama penelitian. Nah, nyang paling oke, perumusan hasil itu kamu buat dalam bentuk tabel. Kata pepatah, sebuah tabel lebih berharga daripada seribu kata-kata. Tentunya tabelnya juga kudu mewakili dong. Kalo nggak? Wah, seperti melihat peta buta.
Yang kudu diperhatikan
Dalam pengantar, paling nggak kamu kudu menuliskan:
- sifat, skop (ruang-lingkup), dan tujuan penelitian
- tinjauan pustaka yang relevan dengan permasalahan
- cara penelitian
- hasil utama penelitian (ditambahkan setelah penelitian selesai) dan manfaat penelitian.
- sampel, jumlah sampel, dan karakteristiknya (misalnya: umur, jenis kelamin, dll)
- keterbatasan pengambilan sampel (kalo ada tentunya)
- uraian prosedur detail penelitian (ini bermanfaat supaya penelitian bisa diulang oleh peneliti lain).
- karakteristik sampel
- pemaparan hasil (harus menggunakan variabel-variabel yang digunakan sebagai alat untuk menjawab permasalahan penelitian).
- tinjauan penemuan-penemuan penting penelitian
- pertimbangan penemuan-penemuan dalam kaitannya dengan penelitian terdahulu yang relevan
- implikasi penemuan terhadap teori
- pemeriksaan yang hati-hati terhadap hasil yang tidak mendukung atau hanya sebagian yang mendukung hipotesis
- keterbatasan-keterbatasan studi yang mungkin berakibat pada kesimpulan dan generalisasi studi
- rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
- implikasi studi untuk praktisi atau studi terapan (opsional aja, nggak harus).
- menyatakan kembali tesis secara singkat
- meringkas interpreatasi hasil dan membahasnya dalam konteks teoritis yang lebih luas
- pendek dan langsung ke sasaran
- menjelaskan manfaat khusus dan umum hasil studi
- menuju ke kata-kata penutup (jadi jangan sampe bikin kata-kata yang malah membuka kembali pembahasan..he..he..he.. bisa berabe tuh!).
- problem penelitian
- subjek penelitian
- metode dan prosedur penelitian (kalo kamu menuliskan dalam bahasa Inggris, dibuat dalam past tense)
- hasil penelitian
- kesimpulan dan implikasi studi (kalo kamu menuliskannya dalam bahasa Inggris, pastikan dibuat dalamPresent tense). Tambahan, untuk desertasi panjangnya 150 kata. Oke?
- memuat kata-kata kunci penting yang mewakili isi tulisan (contoh: “Tuberkulosis pada masyarakat Indian kuno: Analisi DNA”. Tapi judul juga jangan terlalu panjang; misalnya “Seks bebas di kalangan anak-anak remaja di Jakarta dan pengaruhnya terhadap konsentrasi siswa, mata pelajaran, kenaikan kelas, dan kehidupan bergama” Walah, itu mah bisa semeter lebih atuh. He..he..he. itu judul itu kamu bisa diperpendek menjadi “Seks bebas di kalangan remaja Jakarta dan pengaruhnya terhadap prestasi akademik dan kehidupan beragama”
- lepas dari kata-kata berulang yang tidak menyumbangkan makna isi penelitian
- mengandung sebanyak-banyaknya 12-15 kata kunci yang merupakan rangkuman ide utama.
- pihak-pihak yang membantu penelitian dalam hal: penyediaan daftar pustaka, organisasi ide dan penulisan, penyediaan bahan dan alat, dan proses penelitian itu sendiri (bisa individu, institusi, atau organisasi). Juga, sebagai yang pertama dan utama, adalah kepada Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan kita dalam membuat penelitian tersebut. Betul?
- sumber dana penelitian: nama/jenis dana, nomor (bila ada), dan tahun penerimaan dana.
- tunjukkan tindakan penting dengan kata kerja, bukan kata benda
- letakkan pelaku sebagai subjek dari kata kerjanya
- letakkan informasi yang lebih singkat sebelum informasi yang panjang an kompleks
- letakkan infromasi yang udah akrab dan berulang pada awal kalimat
- letakkan pula informasi baru dan tidak terduga pada akhir kalimat
- desain tali topik kalimat supaya membentuk pandangan yang koheren (saling berhubungan) dan konsisten.
- buatlah semacam desain issue (pokok persoalan) yang jelas pada bagian akhir di mana kamu memperkenalkan tali-temali tema, istilah kerennya thematic strings
- rumuskan maksud-maksud kalimat (point sentence) yang tepay untuk setiap unit tulisan (discourse)
- biasakan untuk memperlihatkan maksud paragraf (paragraph point) di bagian akhir pokok bahasan (pada awal paragraf), dan jangan terlalu sering memaparkannya di bagian akhir diskusi (di akir paragraf).
- Sistem Harvard: nama pengarang, tahun di dalam tanda kurung, judul karangan, nama jurnal dan volume/nomor, sertakan nomor halaman, (plus, nama penerbit dan kota di mana diterbitkan bila sumbernya buku).
- Sistem Vancouver: nama pengarang, judul karangan, nam jurnal, tahun tanpa tanda kurung, volume/nomor, dan nomor halaman jurnal, (plus, nama penerbit dan kota di mana diterbitkan bila sumbernya buku).
- Sistem alfabetik: nama pengarang, judul karangan, nama jurnal, volume/nomor, dan nomor halaman jurnal, tahun tanpa tanda kurung, (juga penerbit dan kota di mana diterbitkan jika sumbernya buku).
- judul tabel harus ada
- nomor tabel juga kudu ada dong
- diletakkan segera setelah disebut dalam teks
- harus disebut di dalam teks
- format tabel yang satu dengan yang lain harus konsisten
- satuan harus disebutkan
- singkatan harus diterangkan kepanjangannya dalam catatan di bawah tabel
- judul lajur dan baris harus mewakili variabel yang diukur pada lajur dan baris
- bilangan desimal dari atas ke bawah harus konsisten (jika dua angka di belakang koma, semuanya sama).
- nomor dan judul gambar harus ada
- sumbu vertikal dan horisontal pada grafik kudu diberi nama
- satuan ukuran pada masing-masing sumbu harus dicantumkan
- keterangan gambar dibuat seringkas mungkin, sedangkan penjelasan lengkap dijelaskan di dalam teks
- diletakkan segera setelah disebut dalam teks
- harus disebut dalam teks.
Salam,
O. Solihin
http://osolihin.net/gimana-sih-menulis-ilmiah
Wassalamualaikum wr. wb.
0 comments:
Posting Komentar
Setelah baca silakan berikan komentarnya gan..
Terima Kasih telah berkunjung ke blog kami yang sederhana ini... Sukses selalu untuk semuanya!!